Siapa Mewakili Musik Populer K-Pop?
Akhirnya “telur” ambisi budaya pop Korea untuk go international akhirnya pecah juga. Minggu ini lagu “Gangnam Style” dari PSY menduduki urutan kedua Hot 100 Billboard.
Tetapi kalau mau jujur, lagu karya PSY yang terkenal dengan tarian penunggang kuda itu tidak bisa dianggap mewakili musik yang populer di negerinya sendiri. Di Korea Selatan, jenis musik yang populer tidak jauh dari “bubblegum pop” dengan format boyband dan girlband. Sementara PSY sendirian.
Saking gilanya serangan boyband dan girlband FNC, manajemen artis yang dikenal sebelumnya mencetak band rock seperti FT Island dan CN Blue pun ikut mengeluarkan girlband, AOA.
Tiga manajemen artis terbesar — SM, YG & JYP — tampaknya sudah punya dasar kuat dalam pembentukan artis. Masing-masing punya trik dan cara tersendiri dalam membangun pencitraan sang artis, baik itu dari segi musik ataupun marketing dan promosi.
Untuk urusan mencetak boyband dan girlband dengan paket lengkap, sampai sekarang SM belum ada tandingannya. Paket lengkap di sini meliputi kostum seragam, selalu menampilkan beberapa anggota terlebih dahulu yang menjadi vokal utama atau punya wajah paling ganteng/cantik dan lagu bubblegum termanis dengan refrain pendek yang mudah diingat dan jadi koor saat di panggung.
Ketika dua manajemen artis lainnya belum muncul, agensi pimpinan Lee Soo Man ini sukses melejitkan H.O.T, Shinhwa dan S.E.S. Kini, baik dari boyband dan girlband SM adalah yang paling populer saat ini: Super Junior dan Girl’s Generation. Jika nanti sebagian anggota Super Junior masuk wajib militer, Soo Man sudah punya amunisi baru, EXO.
Berbeda dengan YG, agensi pimpinan Yang Hyung Suk ini dikenal sebagai agensi yang tidak terlalu mementingkan tampang-tampang bening. Yang direkrut biasanya mereka yang memiliki talenta unik, termasuk vokal bagus. PSY, misalnya. Dari segi wajah dan umur tentu tidak bisa disebut idola. Tetapi, kemampuannya membuat musik yang dikenal sebagai musik pembangun semangat itulah yang membuat ia ditarik dalam YG. Hal yang sama pun diterapkan YG dalam dua grup teratasnya, Big Bang dan 2NE1.
Sedangkan JYP bisa dibilang agensi yang selalu merekrut talenta yang berada ditengah-tengah di antara dua agensi di atas. Wonder Girls, misalnya. Wajah para anggotanya mungkin tidak secantik gang Girl’s Generation, tetapi untuk urusan vokal, Yenni dan kawan-kawan punya variasi vokal yang cukup mengagumkan. Selain itu, agensi JYP ini dikenal sebagai agensi yang paling demokratis dalam mengendalikan para artis-artisnya.
Walau masing-masing agensi memiliki konsep kuat, bukan berarti karakter artis dari tiap agensi sama. Variasi karakter musik dan pencitraan tiap artisnya selalu berbeda. Saat SM meluncurkan produk EXO, JYP pun meng-counter-nya dengan JJ Project. Jika dari tiga agensi ini, jarang ada konsep yang rancu, bertabrakan atau bersaing. Untuk menghidupkan pamor Se7en, misalnya. JYP menyumbang karya ciptaannya. Tidak bisa dipungkiri juga keterlibatan YG dan JYP dalam acara K-Pop Star yang mungkin merintis kolaborasi ini.
Ketika pasar lokal mulai lesu daya jualnya, variasi tentu sangat diperlukan. Harus ada sentuhan global. Entah itu dari segi aransemen musik atau pencitraan.
Big Bang, misalnya. Ketika pertama kali muncul, musik mereka banyak sekali menggunakan sampling berbagai artis barat seperti Maroon 5. Dari segi pencitraan, Big Bang memang yang paling jagoan menampilkan fashion mutakhir. YG tampaknya mendukung penuh dalam menciptakan sosok GD menjadi sosok artis internasional. Setidaknya, dari segi pencitraan.
Model video klip dipilih model-model berwajah Barat dan hampir semua detail fashion yang dipakai dan terlihat dalam video klip menggunakan merek kelas atas. Mulai dari Chanel hingga Givenchy. Usaha YG ini tidak sia-sia. Album GD, One of A Kind, berhasil duduk di posisi 161 di Billboard Top 200 Album.
Teknik lain para agensi besar ini untuk mempertahankan “produknya” tidak dilupakan saat sedang rehat (walau hanya beberapa bulan) adalah dengan menciptakan grup-grup kecil yang terdiri hanya dari beberapa anggota atau menampilkan salah satu anggota berkarier solo.
Super Junior dan Big Bang adalah contoh yang paling sering menerapkan ini. SuJu punya banyak grup kecil. SuJu M, Trot hingga trio KRY. Sedangkan Big Bang, hampir semua anggota grup punya karya solo. Konsep musik tiap anggota sangatlah berbeda. Jauh dari bubblegum pop. Mengawinkan unsur pop dengan genre lain. Daesung dengan Trot, Taeyang R&B, Seungri Dance Pop, Top rap, dan GD hip hop. Belum cukup dengan solo, YG juga mengedarkan proyek duet TOP & GD.
Dengan begitu banyak produk dukungan inilah wajar jika dua grup ini memang menjadi grup yang paling populer di Asia. Sekarang, tinggal kita tunggu saja apakah boyband dan girlband yang bening dan manis bak permen karet ini bisa juga jadi tren di luar negara mereka sendiri.
Tetapi kalau mau jujur, lagu karya PSY yang terkenal dengan tarian penunggang kuda itu tidak bisa dianggap mewakili musik yang populer di negerinya sendiri. Di Korea Selatan, jenis musik yang populer tidak jauh dari “bubblegum pop” dengan format boyband dan girlband. Sementara PSY sendirian.
Saking gilanya serangan boyband dan girlband FNC, manajemen artis yang dikenal sebelumnya mencetak band rock seperti FT Island dan CN Blue pun ikut mengeluarkan girlband, AOA.
Tiga manajemen artis terbesar — SM, YG & JYP — tampaknya sudah punya dasar kuat dalam pembentukan artis. Masing-masing punya trik dan cara tersendiri dalam membangun pencitraan sang artis, baik itu dari segi musik ataupun marketing dan promosi.
Untuk urusan mencetak boyband dan girlband dengan paket lengkap, sampai sekarang SM belum ada tandingannya. Paket lengkap di sini meliputi kostum seragam, selalu menampilkan beberapa anggota terlebih dahulu yang menjadi vokal utama atau punya wajah paling ganteng/cantik dan lagu bubblegum termanis dengan refrain pendek yang mudah diingat dan jadi koor saat di panggung.
Ketika dua manajemen artis lainnya belum muncul, agensi pimpinan Lee Soo Man ini sukses melejitkan H.O.T, Shinhwa dan S.E.S. Kini, baik dari boyband dan girlband SM adalah yang paling populer saat ini: Super Junior dan Girl’s Generation. Jika nanti sebagian anggota Super Junior masuk wajib militer, Soo Man sudah punya amunisi baru, EXO.
Berbeda dengan YG, agensi pimpinan Yang Hyung Suk ini dikenal sebagai agensi yang tidak terlalu mementingkan tampang-tampang bening. Yang direkrut biasanya mereka yang memiliki talenta unik, termasuk vokal bagus. PSY, misalnya. Dari segi wajah dan umur tentu tidak bisa disebut idola. Tetapi, kemampuannya membuat musik yang dikenal sebagai musik pembangun semangat itulah yang membuat ia ditarik dalam YG. Hal yang sama pun diterapkan YG dalam dua grup teratasnya, Big Bang dan 2NE1.
Sedangkan JYP bisa dibilang agensi yang selalu merekrut talenta yang berada ditengah-tengah di antara dua agensi di atas. Wonder Girls, misalnya. Wajah para anggotanya mungkin tidak secantik gang Girl’s Generation, tetapi untuk urusan vokal, Yenni dan kawan-kawan punya variasi vokal yang cukup mengagumkan. Selain itu, agensi JYP ini dikenal sebagai agensi yang paling demokratis dalam mengendalikan para artis-artisnya.
Walau masing-masing agensi memiliki konsep kuat, bukan berarti karakter artis dari tiap agensi sama. Variasi karakter musik dan pencitraan tiap artisnya selalu berbeda. Saat SM meluncurkan produk EXO, JYP pun meng-counter-nya dengan JJ Project. Jika dari tiga agensi ini, jarang ada konsep yang rancu, bertabrakan atau bersaing. Untuk menghidupkan pamor Se7en, misalnya. JYP menyumbang karya ciptaannya. Tidak bisa dipungkiri juga keterlibatan YG dan JYP dalam acara K-Pop Star yang mungkin merintis kolaborasi ini.
Ketika pasar lokal mulai lesu daya jualnya, variasi tentu sangat diperlukan. Harus ada sentuhan global. Entah itu dari segi aransemen musik atau pencitraan.
Big Bang, misalnya. Ketika pertama kali muncul, musik mereka banyak sekali menggunakan sampling berbagai artis barat seperti Maroon 5. Dari segi pencitraan, Big Bang memang yang paling jagoan menampilkan fashion mutakhir. YG tampaknya mendukung penuh dalam menciptakan sosok GD menjadi sosok artis internasional. Setidaknya, dari segi pencitraan.
Model video klip dipilih model-model berwajah Barat dan hampir semua detail fashion yang dipakai dan terlihat dalam video klip menggunakan merek kelas atas. Mulai dari Chanel hingga Givenchy. Usaha YG ini tidak sia-sia. Album GD, One of A Kind, berhasil duduk di posisi 161 di Billboard Top 200 Album.
Teknik lain para agensi besar ini untuk mempertahankan “produknya” tidak dilupakan saat sedang rehat (walau hanya beberapa bulan) adalah dengan menciptakan grup-grup kecil yang terdiri hanya dari beberapa anggota atau menampilkan salah satu anggota berkarier solo.
Super Junior dan Big Bang adalah contoh yang paling sering menerapkan ini. SuJu punya banyak grup kecil. SuJu M, Trot hingga trio KRY. Sedangkan Big Bang, hampir semua anggota grup punya karya solo. Konsep musik tiap anggota sangatlah berbeda. Jauh dari bubblegum pop. Mengawinkan unsur pop dengan genre lain. Daesung dengan Trot, Taeyang R&B, Seungri Dance Pop, Top rap, dan GD hip hop. Belum cukup dengan solo, YG juga mengedarkan proyek duet TOP & GD.
Dengan begitu banyak produk dukungan inilah wajar jika dua grup ini memang menjadi grup yang paling populer di Asia. Sekarang, tinggal kita tunggu saja apakah boyband dan girlband yang bening dan manis bak permen karet ini bisa juga jadi tren di luar negara mereka sendiri.
KITA TUNGGU SAJA.....
Infonya luar biasa....makin "K-Poppers!", Tetap berbagi agar kita dapat belajar dari keberhasilan negara lain untuk mengekspor budayanya...salam SOBAT !
BalasHapusterima kasih pak,, semoga bisa muncul kreatifitas baru nantinya,,,,
Hapus